Senin, 17 Mei 2010

Sahabatku

Barusan perasaanku teraduk-aduk.

Awalnya aku menyapa seorang sahabat yang sudah lama tidak saling bertukar cerita.
Selama ini aku selalu menuntut ini itu dan mungkin tanpa memposisikan didirinya.

Setelah bertegur sapa sesaat, barulah aku mengetahui kabar terbaru dari dia. Ya Allah........ ternyata dia baru menerima musibah. Dan selama ini setiap bertemu dengan dia aku sama sekali tidak mengetahui dan menanyakan kabarnya. Betapa egoisnya aku... :(

Sahabatku itu selama ini di tuduh suaminya berselingkuh, ternyata........ pada kenyataannya suaminya sendiri yang berselingkuh!!!....... dan itu di tuduhkan ke dirinya.
Hasil perselingkuhan itu akan membuahkan seorang anak dalam waktu dekat ini.

Tapi apa yang dilakukan sahabatku itu ? Apakah dia marah ???? Apakah dia mengamuk meluapkan emosinya ? Sama sekali tidak....

Beliau malah dengan ikhlas dan kesabaran yang luar biasa di miliki oleh seorang perempuan bersedia memaafkan suami dan rela pula menerima anak tersebut untuk dipelihara seperti anak kandung sendiri dengan catatan suaminya kembali kepangkuannya.

Luar biasa salut nya aku dengan kesabaran dan ketabahan perempuan ini. Sambil membayangkan seandainya aku yang berada diposisinya. Jangankan membagi cinta, memiliki bayangan suami sendiri dilirik perempuan lain rasanya panas...

Sahabat, didalam fisikmu yang lemah engkau sangat kuat!!... melebihi kekuatan seorang pria yang mengaku perkasa namun bersembunyi dibalik lemahnya iman menghadapi nafsu yang memuncak.

Walaupun engkau seorang mualaf, engkau lebih mengerti makna dari kesabaran dan kepasrahan kepada sang Illahi. Sahabat, engkau selain teman juga menjadi seorang guru yang mengajarkan kenyataan hidup pada diriku serta bagaimana cara menyikapi suatu musibah.

Teruslah tegar sahabat, doaku selalu bersamamu.